Jumat, 27 April 2012

Aku Percaya ...

Dituliskan pertama kali : January 2012

Ketika saya membaca pertanyaan dari salah seorang saudari Katolik di situs www.katolisitas.org,
Saya merasakan adanya kerinduan dan dorongan untuk mensharingkan pengalaman rohani saya yang saya harap dapat menjadi kesaksian akan iman saya selama ini :) 
Saya merasa apa yang dialami saudari tersebut hampir sama dengan yg saya alami dan saya berharap kesaksian ini juga bisa memberikan peneguhan bagi orang lain yang membutuhkan :


Matthew 7:7-8

“Ask and it will be given to you; seek and you will find; knock and the door will be opened to you. For everyone who asks receives; the one who seeks finds; and to the one who knocks, the door will be opened."


(sumber tanya jawab : http://katolisitas.org/)
 
Shalom Pengasuh Katolisitas
Saya ada beberapa pertanyaan yang akhir2 ini sering menyebabkan saya berselisih pendapat dgn keluarga saya :
1. Salahkah jika seorang Katolik tidak beriman kpd Bunda Maria ? Saya slm hampir 27 th hidup saya hanya waktu ketika ikut Legio Maria saja, saya berdoa rosario (itupun krn memang aturannya spt itu, dan saya ikut Legio Maria krn diajak teman dan saya suka kegiatan di sana, tp tidak menyebabkan saya beriman kepada Maria). Keluarga saya adl Katolik yg taat sudah turun temurun dan saat baru2 ini mereka mengetahui hal itu, mereka mengatakan saya aneh dan seolah2 di luar jalur. Menurut Tante saya yg terutama adl Doa Salam Maria, krn doa Salam Maria sdh mencakup doa kepada Bapa Putera Dan Roh Kudus. Doa kepada Maria ini sampai saat ini msh sulit saya jalani (tdk pernah), krn memang tdk saya imani, sejak kecil sampai saat ini saya langsung berdoa pada Bapa & Yesus, saya merasakan hadirat-Nya dan saya pun ditolong (slalu ada pertolongan Tuhan dlm hidup saya, tanpa berdoa salam Maria).
2. Ada satu hal yg membuat saya tidak mengerti, saya selalu merasa bosan saat mengikuti Perayaan Ekaristi pdhl saya sangat menyadari akan sengsara & wafat Yesus utk menebus dosa manusia. Bahkan setiap hari saya menyadari hal itu, selalu teringat hal itu membuat saya lbh mampu mengendalikan diri dlm kehidupan sehari2. Tapi kenapa saya selalu bosan dan hampa saat Perayaan Ekaristi ? Justru saya merasa sukacita dan merasakan hadirat Allah saat saya mengikuti Persekutuan Doa yg diadakan seusai Misa. Saya merasa benar2 berada di sekeliling orang yg mau dekat dgn Tuhan, saya merasakan benar2 berada di antara saudara2 rohani dlm Kristus. Apakah hal ini dikarenakan ruang Gereja yg terlalu besar & umat yg terlalu banyak saat Perayaan Ekaristi sehingga umat2 saling cuek, paling hanya saling memberi salam & senyum satu sama lain saat Natal atau Paskah? Sedangkan di Persekutuan doa paling banyak yang hadir 20-30 org dan semua yg hadir walau tidak slalu saling kenal tapi berlaku seperti layaknya saudara2 seiman dlm Kristus.
Mohon pencerahannya, jd saya jg dapat introspeksi iman & diri saya dan dpt mulai membangun kerinduan akan Perayaan Ekaristi.

Terima Kasih.

Jawaban :



Terima kasih atas pertanyaannya tentang Bunda Maria dan Ekaristi. Kalau seorang Katolik tidak berdoa bersama dengan Bunda Maria dia dapat saja masuk ke Sorga – kalau dia tidak menentang ajaran-ajaran tentang Bunda Maria dan tetap mempunyai kerendahan hati. Namun, di satu sisi, umat Katolik yang tidak mau dekat dengan Bunda Maria sebenarnya rugi sendiri. Hal ini sama seperti kita tidak mau dekat dengan pastor atau suster yang terkenal suci, seperti St. Padre Pio atau yang terberkati Paus Yohanes Paulus II, yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta. Padahal kita tahu kalau kita dekat dengan mereka, maka kalau kita minta mereka mendoakan kita, mereka akan benar-benar mendoakan kita. Dan karena kita percaya bahwa doa orang benar adalah besar kuasanya (lih. Yak 5:16; Ams 15:29), maka kita mau agar orang-orang benar dapat menemani perjalanan kehidupan spiritualitas kita. Nah, tidak ada orang yang lebih benar daripada Bunda Maria – tentu saja terkecuali Yesus sendiri. Kalau Bunda Maria dipandang baik sebagai Bunda Allah, maka siapakah kita yang tidak mau menerima Bunda Maria sebagai ibu kita. Perjalanan kehidupan spiritualitas kita akan menjadi lebih indah dengan Allah Trinitas, Bunda Maria dan semua orang kudus ada bersama dengan kita. Dan hal ini telah dibuktikan dalam kehidupan para kudus di sepanjang sejarah Gereja.
Bapa kami adalah doa yang paling sempurna, seperti yang telah dijabarkan dalam artikel ini – silakan klik. Kita juga melihat dalam Misa doa Bapa Kami dipanjatkan namun tidak ada doa Salam Maria. Meskipun demikian, doa Salam Maria adalah doa yang sungguh Alkitabiah, dan lebih Alkitabiah daripada semua doa-doa spontan yang kita panjatkan. Anda dapat melihatnya dalam tiga artikel dan tanya jawab ini – klik ini, silakan klik dan ini juga. Jadi, kita harus menyadari bahwa kedekatan kita dengan Bunda Maria bukanlah untuk menggantikan Yesus. Yesus menginginkan agar kita menerima Maria sebagai ibu kita (lih. Yoh 19:27) dan membiarkannya untuk tinggal di hati kita dan kita juga dititipkan oleh Yesus kepada perlindungan Maria (lih. Yoh 19:26). Dan dalam kapasitasnya sebagai ibu, maka Maria tidak akan membiarkan kita semua hanya datang kepadanya, namun dengan keibuannya, dia akan menuntun kita untuk lebih dekat dan mengasihi Puteranya, Yesus. Jadi, biarlah kita membuka hati kita dan mengundang Maria untuk menjadi ibu kita, sehingga kita akan semakin mengasihi Yesus.
Bentuk doa dan penyembahan yang tertinggi adalah dalam Sakramen Ekaristi, karena Yesus menginginkan agar Dia dikenang dengan cara itu, di mana dalam perayaan Ekaristi, misteri Paskah Kristus dihadirkan kembali. Dalam perayaan Ekaristi terkandung keseluruhan Kristus, karena Kristus hadir secara nyata – tubuh, darah, jiwa dan ke-Allahan. Silakan membaca beberapa artikel tentang Ekaristi di sini – silakan klik. Kalau kita merasa bosan dalam menghadiri Ekaristi, maka sudah seharusnya kita minta kepada Tuhan agar Dia memberikan kita hati yang baru agar kita dapat semakin mengasihi Ekaristi. Di sisi yang lain, kita harus melakukan bagian kita, yaitu agar semakin memperdalam pengertian kita akan Ekaristi. Kalau kita semakin tahu tentang makna Ekaristi, maka kita akan semakin mengasihi Ekaristi. Kita juga jangan terjebak pada paradigma bahwa seolah-olah iman adalah masalah perasaan. Anda dapat membaca tentang topik ini di sini – silakan klik. Yang perlu disadari adalah persekutuan doa tidak dapat menggantikan Ekaristi. Seharusnya, semakin kita bertumbuh dalam spiritualitas tertentu – baik karismatik, doa meditasi, brevier, dll – hati kita akan semakin mengasihi dan terarah pada Ekaristi, karena Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan kristiani. Demikian jawaban yang dapat saya berikan dan semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org




-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesaksian iman-ku :

Pada tahun 2005 saya bergabung dalam pelayanan Legio Maria di paroki saya. Saya sangat senang sekali dengan berbagai pelayanan yang bisa dilakukan bersama teman2 di presidium Legio Maria. Saya senang karena di sana saya merasakan bentuk pelayanan langsung bagi orang yang papa miskin, terbuang, sakit, dll, dst ..

Namun, saya tidak sedikit pun merasakan dekat dengan Bunda Maria. Meskipun setiap minggu, kami pasti berdoa rosario dan menjadikan Bunda Maria teladan di dalam pelayanan2 yg kami lakukan. Singkat kata saya terus melakukan pelayanan di Legio Maria namun tidak membuat saya merasakan dekat dengan Bunda Maria.

Pada tahun 2007, saya dikenalkan dan diajak oleh teman kantor ke Persekutuan Doa yg tepat berada di sebelah kantor saya. Pertama kali ke sana saya tidak tertarik alias biasa saja. Menurut para pelayan/hamba Tuhan di sana, PD tersebut terbuka bagi denominasi gereja mana pun termasuk Katholik, bahkan menurut mereka tidak menutup kemungkinan mereka mengundang Romo untuk membawakan Firman Tuhan. Karena penjelasan tersebut, saya merasa aman dan jadi sering ke sana. 

Setelah satu tahun saya rutin mengikuti PD yang diadakan setiap Jumat siang tersebut, tapi saya tidak pernah melihat ada Romo yg membawakan. Dalam hati saya, ya sudahlah selama pengajarannya tidak menyimpang atau sesat. Toh kebetulan saya juga sangat senang sekali membaca Alkitab dan renungan harian sedari SMP. 

Dari PD tersebut saya merasa banyak sekali pelajaran2 tentang Firman Tuhan yang selama itu belum pernah saya terima dari gereja Katholik (setidaknya saya merasa begitu saat itu). Lambat laun saya jadi jatuh cinta dengan PD tersebut. Saya merasakan siraman rohani yang luar biasa setiap kali selesai PD baik melalui lagu2nya yang menyentuh hati, sharing Kitab Suci dan kotbah dari Hamba Tuhan nya sungguh sering kali saya rasakan menjawab doa2 serta meneguhkan saya. Kalau disingkat sepertinya saya jatuh cinta dengan Tuhan Yesus kembali saat itu. Saya jadi tambah rajin dan giat membaca Alkitab, haus untuk mencari tahu segala hal tentang apa yang tertulis di Alkitab.

Sejak saya dibaptis katolik tahun 1997 (saya baptis dewasa) saya memang baru belajar tentang agama katolik sejak katekumen. Itu pun hanya masuk kiri keluar kanan alias tidak ada yang benar2 saya hayati pengajarannya. Saya memilih untuk dibaptis Katholik karena setiap saat Mama saya mengajak saya ziarah goa Maria ke mana2.. dimanapun kami ziarah kami diterima oleh gereja Katholik setempat dan bisa misa bersama umat katholik lainnya. Hal itu lah yang sering menggetarkan hati saya. Saya merasa luar biasa sekali agama Katholik ini, dimanapun saya berada gereja nya selalu terbuka dan kami bisa berdoa di dalamnya bahkan misa bersama umat lainnya .. Persatuan dan persekutuan yg luar biasa menurut saya, karena itu lah saya memilih dibaptis Katholik meskipun lingkungan saya sejak lahir didominasi oleh agama Kristen.

Dengan bekal motif yang sederhana (namun sesungguhnya luar biasa) tersebut serta minimnya pengetahuan tentang Gereja Katholik, saya menjadi orang yg selalu haus mau belajar tentang agama Katholik. Saya banyak membeli buku2 tentang orang kudus, buku2 rohani, dll dst yang saya lihat bagus di Toko Buku tanpa memandang itu keluaran resmi gereja Katholik atau bukan. Karena itu lah saya merasa mendapat jawaban Tuhan atas kehausan saya tersebut di Persekutuan Doa tersebut.

Setelah satu tahun (2007-2008) saya aktif mengikuti PD tersebut, saya akhirnya mengenal seorang Hamba Tuhan di PD tersebut yang memiliki karunia profetik (bisa mendengar suara Tuhan langsung). Pendeta ini banyak kali mendoakan orang2 yg menghadiri PD tersebut. (Saya rasa mirip sekali metode nya dengan Romo Yohanes yang ada di Cikangere) Dan Pendeta ini sudah sering sekali membantu saya di dalam segala pergumulan saya saat itu. Mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu saking banyaknya ia membantu saya. Tentu saja membantu yg positif seperti mendoakan, memberikan nasihat dan lain2. Saya merasa pendeta ini kok bisa tahu persis apa yg saya alami dan dia bilang itu karena Tuhan sendiri yg menyampaikan nya kepada dia karena itu setiap kali mendoakan saya , dia selalu bisa menyampaikan kata2 yg pas untuk meneguhkan saya.

Singkat kata, setelah 1 tahun lebih saya mengenal pendeta tersebut dan semakin aktif mengikuti PD tersebut, pada suatu hari pendeta tersebut bilang ke saya ketika dia mendoakan saya :
“Astrid, Tuhan Yesus bilang kamu mendua hati. Dan Tuhan tidak suka.”
Saya bingung dan balik bertanya, “Mendua gimana Pak? Saya rasanya ga selingkuh dari pacar saya deh.”
Lalu dia jawab : “Bukan.. Tuhan Yesus mau kamu hanya berdoa kepadaNya bukan kepada yang lain juga karena itu mendukakan hati Tuhan”
Deg.. saya kaget dia bilang gitu..
Trus dia melanjutkan : “Kamu sering doa ke Maria yah? Tuhan Yesus ga suka. Udah kamu ga suka berdoa2 lagi ke Maria, ga usah sebut2 namanya lagi sedikitpun.”

Dia juga pernah menyampaikan ke saya : “Tuhan suka dengar kamu nyanyi itu talenta kembangkan saja di situ” karena kebetulan saya memang ikut koor sudah lama sampai sekarang bahkan sebelum saya gabung di Legio Maria saya ud aktif di koor.

Setelah dia berkata begitu, saya jadi bingung dan terus menerus memikirkan apakah itu benar suara Tuhan. Saya saat itu memang tidak punya komunitas katholik dan tidak punya teman katholik yg bisa membimbing saya.

Akhirnya saya berdoa dan terus berdoa mohon petunjuk Tuhan. Sampai suatu malam saya bermimpi saya menghancurkan kepala patung Bunda Maria yang ada di kapel. Setelah terbangun saya bingung dan diskusi dengan Mama saya.

Mama saat itu merasa sedih kenapa saya harus menjauhi Bunda Maria , namun Mama bilang coba kamu doakan saja lagi.

Akhirnya dengan berat hati (tidak benar2 lega saat itu), saya memutuskan untuk keluar dari Legio Maria, berhenti berdoa Salam Maria, bahkan berhenti menyebut Bunda Maria.
Saya sampai menghadap Romo Paroki saat itu karena untuk keluar dari Legio Maria ga semudah itu apalagi saya menjabat wakil Ketua presidium.
Kalimat Romo Paroki saat itu persis maknanya dengan apa yg pembimbing situs katolisitas.org  sampaikan terhadap jawaban di atas :  umat Katolik yang tidak mau dekat dengan Bunda Maria sebenarnya rugi sendiri. Hal ini sama seperti kita tidak mau dekat dengan pastor atau suster yang terkenal suci, seperti St. Padre Pio atau yang terberkati Paus Yohanes Paulus II, yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta. Padahal kita tahu kalau kita dekat dengan mereka, maka kalau kita minta mereka mendoakan kita, mereka akan benar-benar mendoakan kita. Dan karena kita percaya bahwa doa orang benar adalah besar kuasanya.

Namun akhirnya saya tetap bulat tekad dan memutuskan keluar dari Legio Maria namun tetap Katholik dan tetap pelayanan di Koor sampai sekarang.
Waktu itu saya ingat saya tidak benar2 yakin akan keputusan saya. Saya tetap berdoa kepada Tuhan : Ya Tuhan jika ini memang kehendak Tuhan, semua akan berbuah baik pada akhirnya. Apa yang dari padaMu itu pasti yang bertahan. Mohon bimbinganMu Tuhan dan jangan biarkan saya tersesat.

Setelah itu saya jalani hari2 seperti biasa, tetap rutin ikut PD, tetap ekaristi, tetap koor seperti biasa.

Pada akhir tahun 2008 saya akhirnya mengenal komunitas muda katholik (CHOICE) dan mencoba menghayati nilai2 yang diajarkan di sana. Saya betul2 mendapatkan komunitas yang selama ini saya rindukan. Bisa mengenal pasutri2, teman2 sebaya dan kaum muda mudi yang seiman. Saya jadi seperti mendapat komunitas yang bisa mensharing iman yg sama. Ada begitu banyak pula kegiatan-kegiatan yang bisa menjadi wadah bagi saya dalam menghayati apa yang sebenarnya diajarkan di gereja Katholik. 

Begitu pula, saya akhirnya mengenal situs katolisitas.org ketika salah seorang teman mengirimkan link yang berisi kesaksian2. Dari sana saya semakin menyadari bahwa gereja Katholik sungguh merupakan gereja yg “kaya”.

Selama ini saya senang ikut PD dari gereja Kristen namun ternyata di Katholik pun ada banyak PD yang diadakan bahkan PD untuk Muda Mudi pun banyak.
Bukan Cuma PD, bahkan PW (Pray and Worship) pun ada.
Selama ini saya senang merenungkan firman Tuhan dan merasa hanya di PD Kristen saya bisa belajar Alkitab, tapi ternyata di Katholik pun ada.
Selama ini saya suka bingung kalau ikut gereja Kristen yg satu dengan yang lain kadang suka beda2 dalam menjawab pertanyaan saya tentang Alkitab. Tafsiran mereka akan satu perikop suka berbeda, namun di situs katolisitas.org saya menemukan banyak jawaban akan pertanyaan2 yang sering saya lontarkan selama ini dengan dasar yang bisa dipertanggung jawabkan.

Sampai akhirnya inilah titik  point dari kesaksian iman saya akan Katholik. Seperti doa saya dahulu ketika memutuskan tidak berdoa bersama Bunda Maria lagi :

“Ya Tuhan jika ini memang kehendak Tuhan, semua akan berbuah baik pada akhirnya. Apa yang dari padaMu itu pasti yang bertahan. Mohon bimbinganMu Tuhan dan jangan biarkan saya tersesat.”

Saat ini, PD yang suka saya ikuti di sebelah kantor sudah tidak ada lagi, Mereka pindah gedung di tempat yang jauh dari kantor saya sekarang.
Pendeta yang menyuruh saya berhenti berdoa dan menyebut Bunda Maria kini tidak kedengeran lagi ada di mana.
Saya pernah tanyakan ke PD tersebut katanya sudah tidak pernah muncul. Saya pernah mencoba menghubungi pun tidak ada tanggapan.

Sebaliknya dari komunitas katholik yang saya ikuti saat ini, saya semakin banyak belajar dan terus bertumbuh. Begitu pun Tuhan mengijinkan saya mengenal website yg membangun iman dan  membuat  saya  merasakan dekat dengan Bunda Maria, merasakan Bunda yang menyertai setiap pergumulan saya dan berdoa untuk saya.

Terutama karena saya sedang mempersiapkan pernikahan saya. Saya merasa kedekatan dengan Bunda Maria dan Ia mengerti apa yang menjadi pergumulan saya.
Saya semakin merasakan kehadiran Bunda Maria ketika membaca kisah pernikahan di Cana, Bunda Maria yang peka kebutuhan mempelai akan anggur.
Saya yakin Bunda pun akan selalu menyertai saya dan pasangan saat pernikahan kami nanti karena Bunda selalu peka akan kebutuhan anak-anakNya dan mendoakannya kepada Yesus.

Sungguh, Tuhan sudah menjawab doa saya pada hari itu. Apa yg dari padaNya itu pasti yang akan bertahan dan Ia tidak pernah membiarkan dombaNya tersesat melainkan memenuhinya dengan panggilan2 dan melimpahinya dengan kasih dan karunia. Yang harus kita lakukan hanyalah merespon dan menjawab panggilanNya.


Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar